Menyaksikan Reaksi Ruqyah

No Comments
Hari Rabu kemarin, 27 Desember 2016 kami kedatangan tamu tiga orang. Sebut saja Pak Si A, beliau datang diantar teman/ tetangganya untuk ruqyah atas keluhan sakit yang dialaminya selama ini. Sejak kecil sudah mengalami sakit yang indikasinya sangat jelas karena magis gangguan syaithon dari golongan jin. Yang mana sebabnya dari riwayat keluarganya yaitu bapaknya adalah seorang pemuja pusaka dan penganut ilmu perdukunan, ditambah lagi beliau sendiri pernah juga belajar ilmu-ilmu yang seperti itu menyebabkan gangguan itu benar-benar terasa menganggu secara fisik dan psikisnya. Beruntung beliau menemukan jalan hidayah dan pencerahannya. Saat ikut kajian taklim dengan seorang ustadz di kota S yang membahas tentang akidah, tauhid atau tema-tema keimanan, beliau merasakan gerah, badan terasa panas mendadak. Terkadang kalau sudah dikuasai hawa amarah bisa meledak-ledak susah sulit dikendalikan, tidak ada orang siapapun yang ditakuti, semua orang dianggapnya kecil tidak ada apa-apa di hadapannya.

Alhamdulillah seiring taklim yang rutin diikutinya menjadi tumbuhlah semangat berislamnya, bertambah baik pula amalan ibadahnya,  tilawah AlQur'an atau dzikir2 sunnah hariannya. Berubah pula kondisinya menjadi lebih baik walaupun gangguan itu tetap terasa dan tidak bisa hilang begitu saja, setidaknya sudah lebih lemah dalam membuat gangguan baik fisik maupun psikisnya.

Sebenarnya beliau sudah lama ingin terapi ruqyah, hanya saja paktek ruqyah yang ada di kota S jadwalnya malam sehingga beliau tidak bisa mengikuti karena sudah capek dan penat seharian dengan aktifitas kerjanya.

Beliau tertarik untuk ruqyah bersama kami yang waktunya bisa siang hari itu bermula dari postingan di grup WA sebelah yang kami dan beliau ada di dalamnya.
Saat itu kami share tulisan tentang "memahami apa itu indigo."

Dari postingan itu ternyata ada yang komentar dengan mengatakan "dalil yg disebutkan banyak, tapi kemungkinan masih payah."
Rupanya beliau yang komen ini orang yang tidak percaya tentang fenomena kesurupan jin, bisa melihat jin, atau yang berkait dengan hal itu. Hari itu juga tema berubah menjadi perbincangan seputar hal tersebut. Bahkan cenderung seperti debat karena orang yang tidak percaya terkesan menantang "bisa apa tidak jinnya dipindah ke tubuh saya Pak" atau "saya pingin kemasukan jin yang paling guede (besar).
(Sebagian anggota grup juga mulai jengah dan bosan dengan perbincangan tema itu yang terkesan semakin sengit memanas).

Bahasa yang terkesan menantang seperti itu tentu memancing hawa hangat terutama bagi Pak Si A yang benar-benar mengalami sendiri fenomena gangguannya yang nyata, dirasakan fisik maupun psikis, yang dirasakan dan mengganggu juga kepada anak dan istrinya. Yang sering melihat penampakan macan ghaib atau lainnya bahkan semenjak kecilnya. Yang semua itu akibat pernah tersalah belajar ilmu setan dan juga akibat ilmu syirik dan perdukunan orang tuanya sendiri,

Pak si A pun mengajak orang yang tidak percaya itu (sebut saja Pak Si B) untuk ikut menyaksikan acara ruqyah yang akan beliau laksanakan dan Pak Si B menyatakan siap untuk ikut hadir di majlis ruqyah yang sudah terjadwalkan hari dan jamnya tersebut.

Maka Rabu pagi jam 09.00 kemarin itu Pak Si A datang diantar temannya sebut saja Pak Fulan, tetangganya yang juga dulu pernah belajar ngelmu seperti Pak Si A walaupun tidak berapa lama. Pagi itu juga hadir Pak Si B yang diminta menyaksikan langsung ruqyahnya Pak Si A dengan harapan bisa melihat bagaimana sesunggunya hakikat gangguan jin itu ada atau tidak, gangguan yang nyata atau hanya sekedar gangguan jiwa sebagaimana keyakinannya pak si B bahwa saat ada orang yang "terganggu" solusi pelariannya ya mesti ke dokter jiwa karena Pak Si B tidak percaya itu gangguan jin, kesurupan, sihir, dan hal lain yang semisalnya. Kondisi "terganggu" seperti itu dianggap sebagai gangguan jiwa biasa.

Setelah perbincangan menggali info tentang kondisi sakitnya, sekitar jam 09.30-an kami mulai pembacaan ruqyahnya dengan dzikir & doa muqoddimah dilanjutkan dengan pembacaan AlFatihah, Albaqoroh ayat 1 - 5, 102, 163, ayatul kursi ; 255 - 257, dan 3 ayat akhir AlBaqoroh. Ayat-ayat tersebut sekalian kami bacakan di air yang sudah disiapkan dengan wadahnya.

Saat pembacaan awal sekitar 15 menit itulah temannya Pak Si A yang mengantar terbatuk-batuk dan menunjukkan tanda mau muntah. Saat kemudian jeda kami tanyakan ternyata beliau memang terasa mual perutnya, saat itu beliau duduk bersandar di dinding masjid sambil selonjorkan/luruskan kaki. Sementara Pak Si A hanya merasakan pegal di tengkuk, dan kedua telapak tangan terasa panas, tidak mual atau lainnya, hanya saja memang sulit konsentradi saat mendengarkan siraman AlQur'annya. Ketika jeda itulah pak si B menyela mempertanyakan membacakan ayat di air itu ada dalilnya atau tidak, kalau tidak ada dalilnya bukankah nanti bisa disebut bid'ah ?  Sebuah pertanyaan yang mestinya bisa ditahan dan boleh ditanyakan lain waktu, bukan langsung saat itu padahal proses ruqyah baru dimulai. Dan beberapa soal lain yang terkesan menyela atau menginterupsi seketika.

Hal seperti itu kami tanggapi ringan sekedarnya karena fokus kami adalah sedang membantu Pak Si A dengan ruqyah atas sakitnya, bukan berArgumen apalagi berbantahan, toh saat nanti Pak Si B melihat sendiri reaksi gangguan jin yang ada maka ketidakpercayaan beliau tentang kesurupan atau sakit gangguan jin itu akan terbantahkan dengan sendirinya tanpa harus banyak kami jelaskan. Karena penjelasan apapun tidak akan efektif saat beliau belum mengakui kenyataan dan hakikat fakta adanya sakit-sakit gangguan jin yang masuk ke tubuh manusia, jin bisa menganggu dengan kesurupan, membuat sakit fisik/psikis, sihir dan sebagainya. Sementara saat itu adalah saat ruqyah, bukan saat untuk berdiskusi, adapun kedatangan Pak Si B itu karena undangan dan ajakan Pak Si A, yang kami sendiri tahu ajakan itu di grup sebelah dan kami tidak melarang atau mempersilakannya. Biarlah berjalan apa adanya namun kami sudah niatkan dan fokuskan diri untuk menbantu Pak Si A dengan meruqyahnya, berhati-hati jangan sampai terpancing oleh pertanyaan yang mungkin muncul dan kemudian melalaikan dari segera meruqyahnya.

Setelah jeda di 15 menit pertama itu ruqyah dilanjutkan, teman tetangganya Pak Si A yang reaksi mual mau muntah itu pun kami persilakan untuk duduk rapi bersila sekalian ikut ruqyah. Pak Si A dan tetangganya sudah kami berikan plastik kresek untuk wadah antisipasi kalau nanti reaksi sampai terjadi muntah-muntah. Sementara Pak Si B duduk di depan sebelah kanan kami ikut menyaksikan ruqyah itu sejak awal, kelihatannya sempat juga merekam beberapa kondisi reaksi yang ada terutama saat reaksi muntah.

Ruqyah lanjutan ini kami pakai metode tauhid, yaitu kami baca bareng-bareng dengan tamu ruqyahnya kalimat tahlil "La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai-in qodir."

Sebelum dzikir tahlil bersama itu kami bimbing beliau berdua untuk mengucapkan kalimat permohonan kesemhuhan kepada Allah dari sakit yang diakibatkan oleh gangguan jin yang mendekam di badan, mohon kepada Allah untuk menurunkan rahmat kesembuhannya, mohon untuk dimenangkan dalam bermujahadah melawan tipudaya setan jin yang ada, dst. Setelah itu sebagaimana biasa kami lanjutkan dzikir tahlil bersama-sama.

Rupanya saat masih mengucapkan kalimat permohonan kepada Allah itu, sebelum dzikir tahlil kami mulai lantunkan, Pak Si A sudah miring-miring badannya dalam keadaan muntah-muntah yang ditadahi dengan plastik di tangan beliau. Kondisi muntah dan perut bergolak itu sampai berakhirnya ruqyah sekitar 1 jam, namun yang terakhir sudah lebih ringan muntahnya walau masih terasa gangguannya terutama di leher atau kepalanya. Namun badan menjadi sudah lebih ringan dari sebelumnya. Saat awal tiba-tiba muntah itu beliau menceritakan seperti ada sesuatu yang naik dari bawah badannya ke atas rasanya seperti mau terbang. Sebenarnya sebelum ruqyah dimulaipun beliau sudah merasakan itu, badannya seperti mengambang/melayang, susah fokus dan konsentrasi.

Adapun teman tetangga Pak Si A juga ikut muntah-muntah namun tidak seberat Pak Si A muntahannya dan saat ruqyah berakhir sudah tidak mual lagi. Ada 9 atau 10 plastik kresek yang tergunakan untuk mewadahi muntahan dari dua tamu ruqyah ini karena begitu muntahan sudah lumayan kami gantikan plastiknya dengan yang baru.

Setelah ruqyah selesai kami sampaikan kepada mereka bertiga bahwa sebenarnya tidak mudah setan jin itu mengganggu manusia yang kemudian sampai masuk ke tubuh dan membuat keluhan sakit tertentunya. Sakit/penyakit gangguan magis setan jin pasti ada sebab-sebab khusus yang melatarbelakangnya, bisa karena belajar ilmu-ilmu syirik bersekutu dengan setan, karena faktor turunan ortu atau kakek/nenek yang ngelmu syirik dan berpraktek perdukunan, gangguan sihir orang yang dzolim atau kesurupan biasa dengan sebab tertebtu lainnya. Adapun gangguan setan yang bersifat al-waswasah atau bisikan keburukan seperti yang disebut dalam surat Annas itu berlaku umum siapa saja tidak terlepas dari gangguan yang seperti itu.

Kami sampaikan pula bahwa orang yang aman tidak ada gangguan dengan sebab khusus itu maka saat mendengarkan bacaan AlQur'an akan merasa nyaman dan aman-aman saja, tidak muncul reaksi seperti reaksi gangguan orang yang sedang sakit dengan sebab khususnya.
Ketika tetangga Pak Si A ikut bereaksi mual muntah padahal beliau semula tidak ikut ruqyah, itu karena ada dalam diri geliau yang merasakan dengan sangat pengaruh bacaan AlQur'an pada saat ruqyah Pak Si A yang otimatis beliau juga mendengarkan dengan khusyuk. Reaksinya beliau berdua itu sudah mafhum bagi orang yang faham sebagai indikasi karena adanya setan jin yang mendekam dalam tubuhnya.
Sementara Pak Si B yang menyaksikan relatif aman dan nyaman saja saat mendengarkan bacaan Ruqyah bilQur'an itu yang karena tidak memiliki sebab khusus sebagaimana Pak Si A dan tetangganya itu.

Semoga reaksi ruqyah yang terjadi sebagai tanda adanya gangguan setan jin dari dua saudara muslim kita yang disaksikan langsung oleh Pak Si B itu, membuat awal titik terang dan pencerahan tersendiri bagi beliau yang selama ini menolak dengan keras dan tidak percaya fenomena dan hakikat adanya kesurupan jin dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya.

Semoga kisah yang kami tulis ini bermanfaat, bisa diambil hikmah dan pelajaran baiknya untuk semuanya.

Semoga kita diberi hati yang mudah tawadhu' dan tunduk di hadapan dalil-dalil syariah dari AlQur'an dan Sunnah Shohihahnya,

Serta dijauhkan dari kesombongan di hadapan kebenaran dan meremehkan orang lain yang membawa kebenaran itu.

الكبر هو بطر الحق و غمط الناس .

 "Sikap sombong itu adalah menolak kebenaran (Alhaq) serta meremehkan orang lain."

Allah Yang Maha Memberi petunjuk akan memberi petunjuk bagi siapa yang mau menerima petunjuk AlQur'an dan Sunnah Nabi-Nya,

Semoga kita dimudahkan dalam memahami dan menerima petunjuk AlQur'an dan Sunnah Shohihah yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup kita sebagai muslim mukmin.

Astaghfirullaha li wa lakum,
Wa Ja'alanallahu minal Muhtadiin...

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.